Trump Ancam Gabung dengan Penjajah ‘Israel’ dalam Perang Melawan Iran

SALAM-ONLINE.COM: Presiden AS Donald Trump mengancam akan bergabung dengan “Israel” (Penjajah) dalam perang melawan Iran. Sementara Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei bersumpah “tidak ada ampun” terhadap “Israel”.
Kedua pihak terus saling serang dalam konflik yang telah berlangsung selama enam hari. Trump menuntut “penyerahan tanpa syarat” Iran.
Pemimpin AS tersebut juga melontarkan ancaman kepada pemimpin Iran itu, dengan mengatakan bahwa ia tidak akan membunuhnya “untuk saat ini”. Trump menyatakan ancaman itu setelah mengadakan pertemuan dengan tim keamanan nasionalnya selama 90 menit pada Selasa (17/6/2025) di mana mereka membahas eskalasi terkini.
Para ahli telah menyuarakan kekhawatiran bahwa pernyataan Trump di media sosial itu bisa menjadi indikasi bahwa ia mulai bergabung dengan “Israel”. Menurut para ahli, “Kesabarannya menipis” dengan Iran. Komentar-komentar lain Trump mungkin sulit untuk ditarik kembali.
Meskipun ada kekhawatiran, namun sejauh ini AS telah mengonfirmasi bahwa Gedung Putih tidak akan bergabung dengan serangan “Israel” terhadap Iran, menyusul pembicaraan via telepon pada Selasa antara Trump dan Perdana Menteri penjajah Benjamin Netanyahu.
Komunikasi antara Trump dengan Netanyahu berlangsung di tengah “Israel” terus menyerang berbagai target di Iran semalam.
Namun, “Israel” dilaporkan mulai kehabisan pencegat Arrow yang bersifat defensif, yang dapat memengaruhi kemampuan penjajah tersebut untuk menembak jatuh rudal balistik jarak jauh dari Iran, The Wall Street Journal melaporkan, Rabu (18/6).
Seorang pejabat AS yang tidak disebutkan namanya mengatakan bahwa Washington telah mengetahui masalah ini selama berbulan-bulan dan telah meningkatkan sistem pertahanan “Israel”.
Perkembangan terbaru terjadi karena mayoritas warga Amerika menentang serangan AS terhadap Iran.
Sebuah jajak pendapat YouGov/The Economist yang dilakukan pada tanggal 13 hingga 16 Juni menemukan bahwa 53 persen pemilih Trump mengatakan AS harus menahan diri untuk tidak ikut berperang, sementara 19 persen mengatakan tentara AS harus melakukannya.
Hasil jajak pendapat tersebut juga mengungkapkan bahwa 63 persen pemilih Trump mengatakan AS harus “terlibat dalam negosiasi dengan Iran mengenai program nuklirnya”.
Bulan lalu, jajak pendapat lain yang dilakukan oleh SSRS Opinion Panel Omnibus dari tanggal 2 hingga 5 Mei juga menunjukkan bahwa mayoritas warga Amerika mendukung perjanjian yang dinegosiasikan dengan Iran untuk membatasi program nuklirnya. Hanya 14 persen dari lebih dari 1.000 responden yang mengatakan mereka lebih suka AS mengambil tindakan militer untuk menghambat atau menghancurkan program nuklir Iran.
Menurut laporan, AS telah memindahkan lebih banyak jet tempur ke Timur Tengah dan memperluas penempatan pesawat tempur yang sudah ada di kawasan tersebut.
Menurut Reuters, hal ini terjadi setelah lebih dari selusin pesawat pengisian bahan bakar udara KC-135R dan KC-46A dikirim ke Eropa dari AS dengan pengerahan jet tempur F-16, F-22, dan F-35 juga dikonfirmasi.
The War Zone juga melaporkan bahwa jet F-22 tiba di Timur Tengah dari Pangkalan Angkatan Udara Langley di Virginia. Jet F-35 diyakini datang dari Garda Nasional Udara Vermont atau pangkalan Angkatan Udara Kerajaan di Inggris.
Respons Iran
Iran merespons dengan serangan balasan semalam, yang memicu sirene di “Israel” dan menyebabkan kepanikan di beberapa kota.
Media “Israel” melaporkan semalam bahwa beberapa rudal Iran jatuh di wilayah jajahan “Israel” karena gagal dicegat. Hal ini menyebabkan kebakaran dan kerusakan pada sebuah bangunan.
Kementerian kesehatan penjajah mengatakan 94 warga “Israel” telah dirawat karena cedera akibat serangan semalam.
Menurut laporan, lokasi yang terkena dampak langsung tidak jelas, karena militer “Israel” telah menyensor pelaporan tentang target dan tingkat kerusakan yang terjadi.
Namun, berbagai laporan menyatakan bahwa skala serangan Iran terhadap “Israel” telah berkurang dalam beberapa hari terakhir.
Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) mengatakan mereka telah menggunakan rudal balistik hipersonik dalam serangan itu untuk pertama kalinya; namun, tidak ada korban yang tercatat.
Dalam sebuah pernyataan, mereka menambahkan bahwa rudal balistik hipersonik Fattah generasi pertama “menyampaikan pesan kekuatan kepada sekutu Tel Aviv yang suka berperang”, merujuk pada Trump.
Pernyataan itu juga mengatakan: “Rudal-rudal Fattah yang kuat dan sangat lincah malam ini berulang kali mengguncang tempat perlindungan para Zionis pengecut setelah menembus perisai pertahanan mereka. Serangan rudal malam ini membuktikan bahwa kami telah membangun kendali penuh atas wilayah udara wilayah-wilayah yang diduduki, dan bahwa penduduknya sekarang tidak berdaya melawan serangan rudal Iran.”
Televisi pemerintah Iran melanjutkan dengan melaporkan bahwa pasukan pertahanan udara mereka, Rabu (18/6) pagi, menembak jatuh pesawat nirawak Hermes yang canggih di provinsi Isfahan bagian tengah.
Sejak meningkatnya ketegangan, Presiden Iran menggelar rapat kabinet di istana presiden pada Rabu pagi untuk membahas perkembangan terkini.
Banyak warga Iran terpaksa meninggalkan rumah mereka, karena tentara “Israel” mengeluarkan perintah evakuasi paksa bagi penduduk Distrik Delapan Belas Teheran.
Di tempat lain di Teheran, beberapa penduduk tetap tinggal dan melanjutkan kehidupan mereka seperti biasa, meskipun ancaman serangan terus berlanjut. Sementara warga lainnya tidak dapat meninggalkan kota karena kondisi medis atau masalah transportasi.
Jumlah korban tewas akibat serangan “Israel” terhadap Iran telah mencapai lebih dari 240 orang. Termasuk sedikitnya 70 wanita dan anak-anak. Di pihak “Israel”, sedikitnya 24 orang tewas dalam serangan balasan Iran. (mus)