Puluhan Ribu Warga Penjajah Berunjuk Rasa, Tuntut Pembebasan Sandera di Gaza

SALAM-ONLINE.COM: Puluhan ribu warga penjajah “Israel” berunjuk rasa di seluruh wilayah jajahan pada Sabtu (28/6/2025). Mereka menuntut pengembalian sandera yang ditawan di Jalur Gaza, media “Israel” melaporkan Ahad (29/6).

Demonstrasi digelar di Tel Aviv, Yerusalem, dan kota-kota lain, lapor surat kabar Haaretz.

Unjuk rasa tersebut digelar menyusul perang selama 12 hari antara Iran dengan “Israel” yang meletus pada 13 Juni. Dimulai serangan “Israel” ke Iran. Setelah itu keduanya saling balas.

Menurut Kementerian Kesehatan Iran, “Israel” melancarkan serangan udara terhadap fasilitas militer, nuklir dan sipil Iran, yang menewaskan sedikitnya 606 orang dan melukai 5.332 lainnya.

Teheran melancarkan serangan rudal dan pesawat nirawak sebagai balasan, yang menewaskan sedikitnya 29 orang “Israel” dan melukai lebih dari 3.400 lainnya, demikian menurut angka yang dirilis oleh Universitas Ibrani Yerusalem.

Konflik bersenjata tersebut terhenti di bawah gencatan senjata yang disponsori AS, mulai berlaku pada 24 Juni.

Setelah berhasil membuat Tel Aviv dan Teheran menandatangani kesepakatan, Presiden AS Donald Trump mengatakan pada Jumat (27/6) bahwa gencatan senjata di Jalur Gaza juga akan segera tercapai.

“Saya kira sudah dekat,” kata Trump kepada wartawan di Ruang Oval ketika ditanya seberapa dekat pemerintahannya membuat kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Pejabat penjajah menyatakan keterkejutannya pada Sabtu atas pernyataan Trump tersebut. Menurut pejabat tersebut, tidak ada indikasi perubahan apa pun dalam posisi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, lapor surat kabar Yedioth Ahronoth.

Baca Juga

Hamas telah berulang kali menegaskan kesiapannya untuk membebaskan sandera “Israel” sekaligus dengan imbalan diakhirinya serangan genosida “Israel”, penarikan tentara penjajah dari Gaza, dan pembebasan tahanan Palestina.

Namun Netanyahu, yang tengah dicari oleh pejabat keadilan internasional, bersikeras pada kesepakatan parsial dan menghindari penandatanganan kesepakatan dengan memberlakukan persyaratan baru. Termasuk pelucutan senjata faksi-faksi Palestina.

Menurut oposisi “Israel”, Netanyahu saat ini bersikeras untuk menduduki kembali Gaza demi kepentingan politiknya. Terutama untuk mempertahankan kekuasaannya.

Pejabat penjajah memperkirakan Trump berupaya memanfaatkan momentum setelah berakhirnya konfrontasi Iran-“Israel” untuk mencapai prestasi politik tambahan melalui kesepakatan gencatan senjata Gaza.

Pada Mei lalu, utusan khusus Presiden AS Steve Witkoff mengajukan proposal kepada Hamas yang mencakup pembebasan separuh dari sandera “Israel” yang masih hidup dan setengah dari mereka yang tewas dalam kurun waktu tujuh hari sejak dimulainya kesepakatan potensial, dengan imbalan gencatan senjata selama 60 hari.

Pihak pejabat penjajah memperkirakan ada 50 sandera “Israel” di Gaza. Termasuk 20 orang yang masih hidup. Sementara ada lebih dari 10.400 warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara penjajah, menderita akibat penyiksaan, kelaparan, dan pengabaian medis.  Menurut laporan media dan HAM Palestina & “Israel”, hal ini mengakibatkan banyaknya kematian warga Palestina.

Menolak seruan internasional untuk gencatan senjata, tentara penjajah telah melakukan serangan brutal terhadap Gaza sejak Oktober 2023, menewaskan lebih dari 56.400 warga Palestina. Sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak.

November 2024 lalu, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

“Israel” juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas serangan biadabnya di daerah kantong tersebut. (mus)

Baca Juga