Didukung AS, Pejuang Asing Masuk ke Barisan Tentara Nasional Suriah
SALAM-ONLINE.COM: AS mendukung rencana pemerintah Suriah untuk menyerap dan mengasimilasi ribuan pejuang asing ke dalam tentara nasional Suriah, Reuters melaporkan pada Senin (2/6/2025).
Diperkirakan 3.500 pejuang asing, terutama dari Uighur, China dan Asia Tengah, akan bergabung dengan unit baru yang disebut divisi tentara Suriah ke-84, yang juga terdiri dari warga Suriah, kata tiga pejabat pertahanan Suriah kepada Reuters, dikutip dari Middle East Eye (MEE), Rabu (4/6).
Tom Barrack, duta besar AS untuk Turki dan utusan khusus Presiden Donald Trump untuk Suriah, mengatakan bahwa pemerintah AS menginginkan transparansi. “Ada kesepahaman antara AS dan Suriah,” katanya.
Pada Selasa (3/6), Barrack memuji Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa, dengan menyebut mantan pemimpin Hay’ah Tahrir as-Syam (HTS) itu telah mengambil “langkah-langkah yang berarti” terhadap pejuang asing. Barrack mengatakan, ia bertemu Ahmad Sharaa di Istanbul pada Sabtu lalu.
Barrack mengatakan bahwa strategi yang lebih baik adalah menahan para pejuang (tetap di Suriah) daripada mengecualikan mereka, karena banyak yang “sangat loyal” kepada pemerintah baru. Pendekatan ini membalikkan tuntutan AS sebelumnya agar kepemimpinan baru mengecualikan pejuang asing.
Perubahan tersebut dinilai sebagai hasil kunjungan Trump ke Timur Tengah pada Mei lalu, ketika ia setuju untuk bertemu dengan pemimpin baru Suriah dan mencabut sanksi jangka panjang AS terhadap Suriah.
Suriah telah berada di bawah sanksi sejak tahun 1979, ketika AS melabeli Damaskus sebagai negara sponsor terorisme di bawah rezim Hafez Assad, ayah dari Presiden Suriah yang digulingkan, Basyar Assad.
Barrack juga mengatakan kepada media Turki bahwa AS akan mengurangi kehadiran militernya di negara tersebut.
Pejuang asing
Hayat Tahrir al-Sham (HTS) Suriah dan kelompok-kelompok terkait berperan penting dalam menggulingkan Basyar tahun lalu setelah perang selama 13 tahun lebih antara kelompok pejuang revolusi dan mantan pemimpin tersebut.
HTS terdiri dari banyak orang Uighur yang sebagian besar datang dari negeri China selama perang Suriah dan mendapat penyiksaan dianiaya di negara China tersebut. Orang Uighur adalah satu dari 55 kelompok etnis minoritas yang diakui di Cina. Mereka berbahasa Turki. Sebagian besar adalah Muslim Sunni dan tinggal di provinsi Xinjiang di barat laut negara itu. Xinjiang merupakan wilayah yang telah memiliki otonomi terputus-putus selama beberapa abad terakhir.
Sebagian besar pejuang Uighur dan Asia Tengah adalah anggota Partai Islam Turkistan, yang ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh China.
Seorang juru bicara kementerian luar negeri China mengatakan kepada Reuters bahwa “China berharap Suriah akan menentang semua bentuk terorisme dan kekuatan ekstremis sebagai respons atas kekhawatiran masyarakat internasional.”
Pemerintah China dituduh menahan lebih dari satu juta orang Uighur dan kelompok minoritas Muslim lainnya di wilayah Xinjiang timur dan menjadikan komunitas tersebut sebagai sasaran penyiksaan yang oleh sebagian orang disebut sebagai “genosida”. Tapi China membantah semua tuduhan penyiksaan itu.
Kekuatan Barat telah mengkhawatirkan para pejuang asing di Suriah. Sharaa berpendapat bahwa memasukkan pejuang asing ke dalam tentara nasional tidak terlalu berisiko bagi keamanan dibandingkan “membuang” mereka, karena mereka akan lebih rentan direkrut oleh kelompok militan al-Qaidah atau ISIS.
The National melaporkan bahwa pejuang asing akan diberikan kewarganegaraan Suriah. (is)