Media ‘Israel’ Laporkan Kerangka Kerja Baru Gencatan Senjata di Gaza Usulan AS

SALAM-ONLINE.COM: “Israel” sedang meninjau kerangka kerja baru yang diusulkan oleh utusan khusus AS Steve Witkoff. Kerangka kerja baru itu mencakup pembebasan 10 sandera yang masih hidup. Juga sisa-sisa 18 sandera lainnya yang ditahan oleh Hamas sebagai imbalan atas gencatan senjata selama 60 hari, demikian dikonfirmasi para pejabat penjajah, Kamis (29/5/2025), yang dilansir media “Israel” Yedioth Ahronoth, Kamis.
Rencana yang dipresentasikan Rabu malam itu menurut laporan Yedioth Ahronoth bertujuan untuk memfasilitasi negosiasi guna mengakhiri perang dan mengamankan pembebasan sandera tambahan.
Berdasarkan kerangka kerja tersebut, 10 sandera yang masih hidup dan setengah dari yang meninggal akan dikembalikan dalam dua tahap, dengan jarak seminggu.
Nasib para sandera yang tersisa akan bergantung pada hasil negosiasi gencatan senjata. Jika tidak ada kesepakatan yang dicapai dalam jangka waktu 60 hari, “Israel” akan memiliki pilihan untuk melanjutkan operasi militer.
Kerangka kerja tersebut, menurut Yedioth Ahronoth, juga menetapkan bahwa Hamas akan memberikan daftar lengkap semua sandera di Gaza. Termasuk laporan medis terperinci, pada hari ke-10 gencatan senjata.
Sebagai imbalannya, “Israel” akan membebaskan 125 tahanan yang menjalani hukuman seumur hidup, 1.111 tahanan Palestina dari Gaza yang ditangkap setelah 7 Oktober, dan 180 jenazah Palestina, juga dalam dua tahap.
Siapa yang dipulangkan lebih dulu?
Meskipun sudah ada rencana kerangka gencatan senjata, namun urutan sandera di Gaza yang diusulkan akan dibebaskan masih belum pasti. Pejabat “Israel” menyatakan bahwa Hamas secara historis telah menentukan urutan pembebasan, berkoordinasi dengan mediator. Sampai saat ini, 20 sandera diklasifikasikan sebagai masih hidup. Sementara jumlah yang meninggal diperkirakan 38 orang.
Keluarga para sandera, kata Yedioth Ahronoth, sangat khawatir tentang siapa yang akan dimasukkan dalam daftar awal untuk dibebaskan. Pejabat penjajah mengakui bahwa memilih di antara para sandera adalah “keputusan yang kejam”. Sementara “Israel” sendiri telah meminta sandera yang dibebaskan diprioritaskan untuk kasus-kasus kemanusiaan.
Jika dilaksanakan, gencatan senjata akan mengembalikan bantuan kemanusiaan ke Gaza melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa dan organisasi internasional. Ini akan menandai pembalikan upaya “Israel” untuk melewati Hamas dalam menyalurkan bantuan langsung ke penduduk Gaza.
Para kritikus memperingatkan bahwa pengulangan metode distribusi lama dapat memperkuat kendali Hamas atas daerah kantong tersebut.
Kerangka kerja tersebut selanjutnya mengharuskan pasukan penjajah untuk mundur ke posisi yang dipegang sebelum gencatan senjata runtuh pada pertengahan Maret. Sementara “Israel” akan mempertahankan kehadirannya di sepanjang Koridor Philadelphia, yang membentang di perbatasan Gaza-Mesir, penjajah itu akan mundur dari Koridor Morag antara Rafah dan Khan Younis.
Witkoff, yang mewakili Presiden Donald Trump, telah menekankan komitmennya untuk memfasilitasi kesepakatan. Jika kerangka kerja tersebut berjalan maju, Trump akan secara resmi mengumumkan gencatan senjata, dengan jaminan yang diberikan oleh AS, Qatar, dan Mesir.
Yedioth Ahronoth memperkirakan Witkoff akan mengunjungi Jalur Gaza untuk memastikan rinciannya. Saat kerangka kerja tersebut ditinjau, diskusi tentang pembebasan sandera dan ketentuan gencatan senjata, diperkirakan akan terus berlanjut selama pembicaraan jarak dekat yang dimediasi oleh pihak-pihak internasional. (kk)