Hamas Ungkap Kesepakatan yang Dicapai dengan AS untuk Gencatan Senjata Permanen di Gaza

SALAM-ONLINE.COM: Kelompok pejuang kemerdekaan Palestina, Hamas, pada Rabu (28/5/2025) mengumumkan kesepakatan antara Hamas dengan utusan AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, mengenai kerangka umum untuk gencatan senjata permanen di Jalur Gaza.

“Kami telah mencapai kesepakatan mengenai kerangka umum dengan Witkoff yang memastikan gencatan senjata permanen, penarikan penuh pasukan pendudukan (penjajah) ‘Israel’ dari Gaza, dan masuknya bantuan kemanusiaan tanpa hambatan,” kata kelompok perlawanan Palestina itu dalam sebuah pernyataan yang dilansir Anadolu, Rabu (28/5).

Kesepakatan tersebut mencakup “Pembentukan komite profesional untuk mengelola urusan Gaza setelah gencatan senjata diumumkan,” katanya.

Hamas mengatakan akan membebaskan 10 sandera dalam keadaan hidup dan jenazah beberapa orang lainnya dengan imbalan sejumlah tahanan Palestina yang disepakati bersama dengan jaminan dari para mediator.

“Kami hampir mengirimkan lembar persyaratan baru yang diharapkan akan dikirimkan hari ini,” kata Witkoff kepada wartawan di Gedung Putih, Rabu (28/5).

“Saya memiliki perasaan yang sangat baik tentang tercapainya resolusi jangka panjang — gencatan senjata sementara dan resolusi jangka panjang, resolusi damai dari konflik tersebut,” tambahnya.

Witkoff mengatakan Presiden AS Donald Trump akan meninjau proposal tersebut setelah disampaikan.

Tidak ada komentar langsung dari mediator Mesir atau Qatar mengenai pernyataan Hamas tersebut.

Seorang pejabat penjajah menolak pengumuman tersebut. Dia menggambarkan proposal tersebut sebagai “tidak dapat diterima” oleh “Israel” dan AS, demikian dilaporkan media penjajah, Yedioth Ahronoth.

Surat kabar ini mengutip sumber “Israel” yang tidak disebutkan namanya yang menolak adanya perjanjian dengan Hamas. Sumber “Israel” tersebut mengklaim yang dinyatakan Hamas itu sebagai “propaganda dan perang psikologis”.

Sumber tersebut menyebut “Israel” menyetujui inisiatif yang tidak disebutkan oleh Witkoff, tetapi Hamas menolaknys.

Demikian pula, Channel 12 “Israel” mengutip seorang pejabat penjajah anonim, yang mengatakan “tidak mengetahui adanya perjanjian yang dicapai antara Hamas dan AS”.

Pejabat penjajah tersebut menambahkan bahwa upaya Hamas dengan menggunakan istilah “kerangka kerja Witkoff” untuk mempromosikan visinya sendiri “tidak akan berhasil”.

Baca Juga

Pejabat tersebut mengatakan “Israel” dan AS telah dengan tegas menolak ide-ide terkini yang disampaikan oleh Hamas.

Sementara lembaga penyiaran publik “Israel”, KAN, melaporkan bahwa pejabat “Israel” yang terlibat dalam negosiasi tidak langsung dengan Hamas berbicara tentang “perkembangan positif” terkait kemungkinan tercapainya gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tahanan di Gaza.

Lembaga penyiaran tersebut mengutip pejabat penjajah anonim yang terlibat dalam pembicaraan tersebut yang mengatakan bahwa hari-hari mendatang “sangat kritis”.

Lembaga itu juga mengutip sumber asing yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan bahwa jika “Israel” menunjukkan fleksibilitas dalam mengakhiri perang, perjanjian tersebut dapat ditandatangani besok.

Pernyataan dari kantor Perdana Menteri penjajah Benjamin Netanyahu sering kali berasal dari sumber anonim yang disebarkan ke media.

Hamas telah berulang kali menawarkan untuk membebaskan tawanan “Israel” sekaligus sebagai imbalan untuk mengakhiri perang, penarikan pasukan penjajah dan pembebasan tahanan Palestina.

Namun, Netanyahu menolak persyaratan tersebut. Penjahat perang ini sebaliknya menyerukan perlucutan senjata faksi perlawanan Palestina dan mengisyaratkan rencana untuk menduduki kembali Gaza.

“Israel” memperkirakan bahwa 58 sandera masih berada di Gaza, termasuk 20 orang yang diyakini masih hidup. Sementara itu, lebih dari 10.000 warga Palestina ditahan di penjara-penjara penjajah dalam kondisi yang buruk. Termasuk laporan penyiksaan, kelaparan, dan pengabaian medis, demikian menurut kelompok-kelompok hak asasi Palestina dan “Israel”.

Oposisi “Israel” dan keluarga para sandera menuduh Netanyahu memperpanjang perang untuk mempertahankan kekuasaan dan menenangkan mitra-mitra koalisi sayap kanannya.

Tentara penjajah, yang menolak seruan internasional untuk gencatan senjata, telah melancarkan serangan brutal terhadap Gaza sejak Oktober 2023, menyebabkan kematian lebih dari 54.000 warga Palestina. Kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak.

November 2024 lalu, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

“Israel” juga menghadapi kasus genosida di Pengadilan Internasional atas kejahatan perangnya terhadap warga sipil di daerah kantong tersebut. (mus)

Baca Juga